Jokowi Bicara Antek Asing-Aseng: Itu Namanya ProKontra terhadap Agama


ChannelBeriterbaru - Presiden Joko Widodo mengatakan masyarakat seharusnya semakin mampu mengelola perbedaan antarsesama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia juga mengingatkan agar semua semakin mampu mengelola kehadiran orang asing yang ingin bekerja sama dengan Indonesia.

Jokowi tak ingin, pemerintah langsung dicap antek asing atau aseng saat ingin bekerjasama dengan negara lain. Menyinggung hal ini, Jokowi mengutip pernyataan Muhammad Quraish Shihab tentang cinta keagamaan dan emosi keagamaan.

"Jangan belum-belum sudah antek asing, antek aseng, itu namanya emosi keagamaan, bukan cinta keagamaan. Akan saya pakai terus Pak Quraish," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam Pembukaan Forum Titik Temu 'Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan', di Hotel Double Tree Hilton, Cikini, Jakarta, Rabu (18/9).


"Emosi keagamaannya dikurangi atau dihilangkan kemudian yang dikuatkan, yang ditingkatkan adalah cinta keagamaan. Saya setuju," ujar mantan Wali Kota Solo itu.
Lihat juga: Di Depan Jokowi, Quraish Shihab Ungkap Bahaya Emosi Keagamaan
Jokowi menyatakan lalu lintas manusia antardaerah dan antarnegara akan meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Mereka bergerak bisa untuk berwisata, bekerja, berbisnis atau melakukan kegiatan yang lain.

"Saya yakin masyarakat dan juga masyarakat dunia ke depan akan semakin majemuk, semakin majemuk dalam suku maupun etnis, semakin majemuk dalam adat dan budaya, dan semakin majemuk pula dalam agama," tuturnya.

Jokowi menyatakan bahwa kemajemukan adalah sebuah kebutuhan. Menurutnya, kemajemukan akan membuat bangsa semakin kaya imajinasi untuk berinovasi. Selain itu kemajemukan juga membuat bangsa semakin matang dan dewasa dalam bertindak.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan masyarakat harus terbuka atas kehadiran orang asing yang berasal dari negara lain jika mau mengundang wisatawan hingga investor untuk mendongkrak ekonomi Indonesia. Robotidpkv

Menurutnya, di masa depan keberhasilan sebuah negara dan masyarakat akan sangat ditentukan oleh derajat penerimaannya terhadap kemajemukan.

"Semakin sebuah masyarakat bisa menerima kemajemukan maka akan semakin diminati, akan semakin dikunjungi, akan semakin didatangi. Dan akhirnya akan semakin mampu mendongkrak kesejahteraan didaerah atau negara itu," katanya